Rabu, 22 Mei 2013
In:
Islamiyah
MEKKAH MENJADI PUSAT BUMI
Bismilaahirrahmaanirrahiim.
. . .
Dimanakah sesungguhnya pusat nol derajat atau
lokasi perputaran bumi? Banyak orang meyakini bahwa kota Greenwich, salah satu
kota di Inggris, merupakan pusat nol derajat.
Benarkah demikian?
Untuk sementara, tampaknya jawaban itu benar.
Sebab, belum ada pihak-pihak yang menggantinya dengan nama baru. Greenwich
dipercaya dan disepakati oleh banyak ilmuwan perbintangan (ahli astronomi)
sebagai pusat nol derajat sebagai awal perhitungan waktu atau disebut Greenwich
Mean Time (GMT) pada 1884.
Pada masa itu, hampir semua wilayah di dunia ini
berada di bawah kekuasaan Inggris. Pengaruh Inggris terhadap negara-negara
bekas jajahannya hingga kini bisa dilihat dengan adanya perkumpulan negara-negara
persemakmuran Inggris (Commonwealth).
Dari Greenwich-lah, bumi dibagi menjadi garis-garis
bujur imajiner. Setiap 15 derajat sama dengan satu jam. Dan, setiap 15 derajat
dari sana dihitung berbeda satu jam dalam hitungan 24 jam. Perhitungan hari dan
penanggalan internasional pun bermula dari bujur yang berjarak 180 derajat dari
Greenwich.
Perbedaan waktu setiap belahan bumi juga bisa
dihitung berdasarkan posisi kita digaris bujur. Karena satu putaran bumi itu
memakan waktu 24 jam, perbedaan waktu satu jam adalah pada 360 derajat/24= 15
derajat garis bujur. Artinya, setiap tempat yang memiliki perbedaan posisi
bujur sebesar 15 derajat akan memiliki perbedaan waktu satu jam. Inilah
pembagian zona yang dirintis oleh orang kanada, Sir Stanford Fleming (1827-1915).
Sebagai contoh, Indonesia dari Greenwich terletak
di 95 derajat bujur timur (BT) sampai 141 derajat BT. Jika dihitung dari garis
nol derajat (Greenwich), posisi di 95 derajat BT ini memiliki perbedaan waktu
sebanyak 95 derajat/15 derajat= tujuh jam lebih awal dari waktu di Greenwich.
Jika di London tepat tengah malam, di Jakarta adalah sudah pukul tujuh pagi
atau bisa juga disebut saat itu di Jakarta adalah pukul +7 GMT.
Namun, kadang ada negara yang tetap menggunakan
patokan waktu berdasarkan kepentingan. Misalnya, Singapura. Negara ini secara
geografis masuk dalam wilayah Indonesia bagian barat, namun perhitungan
waktunya adalah mengikuti aturan Indonesia bagian tengah. Hal ini disebabkan
Singapura menyesuaikan waktu dengan Hongkong demi keseragaman waktu
perekonomiannya. Negara Cina yang terbentang begitu luas sehingga seharusnya
memiliki lebih dari empat zona waktu malah lebih memilih satu zona waktu saja.
Mekah sebagai pengganti GMT:
April tahun 2008, di Doha, Qatar, berlangsung
hajatan ilmiah penting bagi dunia islam. Sejumlah ilmuwan dan ulama Islam
berkumpul dan berdiskusi adanya kemungkinan peralihan perhitungan waktu yang
sudah baku selama ini, dari mengacu pada GMT sebagai meridian nol, berganti
menjadikan Mekah sebagai awal mula perhitungan waktu.
Hasil konferensi itu menghimbau umat Islam sedunia
untuk menjadikan Mekah-Ka'bah yang berada di 21 derajat 25 menit lintang utara
dan 39 derajat 50 menit bujur timur, sebagai titik awal perhitungan waktu.
Alasannya sederhana, yaitu Mekah, menurut kajian ilmiah, adalah 'pusat bumi.'
Kajian itu dilakukan oleh Prof Dr Hosien Kamal El
Din Ibrahim, ilmuwan asal Mesir, yang dipublikasikan di The Egyptian Scholars
of The Sun and Space Research Center. Pusat penelitian yang berpusat di Kairo,
Mesir, itu membuat peta baru dunia. Dalam peta dunia itu, terlukis garis yang
ditarik dari kota-kota di penjuru dunia ke arah Mekah. Dengan menggunakan
perkiraan matematika dan kaidah spherical triangle (segitiga bola), Hosien
menyimpulkan kedudukan Mekah berada di tengah-tengah daratAa bumi.
Mekah, tempat Ka'bah berada, disimpulkan merupakan
'pusat bumi.' Ini sekaligus membuktikan bahwa bumi berkembang dari Mekah.
Sebagaimana lazim diketahui bahwa setiap tahun jutaan umat Islam sedunia
mendatangi Ka'bah di Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Dalam salah satu
proses ibadah haji yaitu towaf, jutaan umat islam mengelilingi Ka'bah dengan
arah berlawanan arah jarum jam. Arah itu bertentangan dengan lazimnya
perputaran waktu sesuai perhitungan Greenwich.
Penelitian menggunakan program komputer oleh
Hosien, sebelumnya, juga pernah dilakukan dengan perhitungan matematika
sederhana oleh ilmuwan Islam, Abi Fadlallah Al Emary, yang meninggal pada 749
H. Peta itu kemudian diabadikan-nya dikitabnya yang berjudul Masalik Al Absar
Fi Mamalik Al Amsar. Peta yang melukiskan arah kiblat Mekah juga dibuat oleh
pemikir Islam, Al safaksy (meninggal pada 958 H), yang menggunakan perhitungan
astronomi. Hasil kajian dua ilmuwan itu juga membuktikan bahwa Mekah adalah
'pusat bumi.'
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar