Rabu, 22 Mei 2013
In:
Sinopsis Film
SINOPSIS FILM SANG KIAI ^^
Tahun 1942 Jepang melakukan ekspansi ke
Indonesia. Di Jawa Timur, beberapa KH dari beberapa pesantren ditangkapi karena
melakukan perlawanan. KH Hasyim Asy'ari sebagai pimpinan Pondok Pesantren Tebu
Ireng ditangkap karena dianggap menentang Jepang. Penangkapan ini membuat
kericuhan di Tebu Ireng, dan menimbulkan reaksi dari para putra beliau; KH
Wahid Hasyim, Karim Hasyim dan Yusuf Hasyim serta deretan para santri: Baidlowi
(menantu beliau), Kang Solichin, orang kepercayaan, serta tiga santri muda;
Harun, Kamid dan Abdi.
Penangkapan itu membuat situasi pesantren kacau.
Maisyaroh–lebih kerap disebut Nyai Kapu–istri KH Hasyim Asy'ari, diungsikan ke
daerah Denaran. KH Wahid Hasyim bersama Wahab Hasbullah meminta agar KH Hasyim
Asy'ari dibebaskan. Kepala Kempetei yang menahan beliau, tidak bersedia
membebaskan. Bahkan KH Hasyim Asy'ari dipindah penjara hingga tiga kali. Mulai
dari penjara Jombang, Mojokerto hingga ke penjara Bubutan Surabaya. KH Wahid
Hasyim dan KH Wahab Hasbullah lalu meminta bantuan Abdul Hamid Ono, orang
Jepang, kenalan keluarga. Sementara proses berlangsung, KH Wahid Hasyim dan KH
Wahab Hasbullah mengadakan pertemuan NU di Jakarta, dengan agenda membebaskan
para Kiai. Dalam pertemuan tersebut dicapai kesepakatan jalan damai.
Sepeninggal KH Hasyim Asy'ari, sebagian santri
memilih hengkang dari pesantren. Harun dan Kamid yang membuntuti saat KH Hasyim
Asy'ari ditangkap, mengalami nasib tragis. Kamid ditembak mati, saat kepergok
dengan patroli tentara Jepang. Kematian Kamid dan penangkapan KH Hasyim Asy'ari
memunculkan kemarahan dalam diri Harun. Berbeda dengan Abdi yang memilih jalan
damai mengikuti langkah KH Wahid Hasyim, Harun memilih ikut para militan dalam
mencuri ransum tentara Jepang.
Jepang membebaskan para Kiai, termasuk KH Hasyim
Asy'ari. Mereka mempertimbangkan bahwa membebaskan para Kiai agar bisa diajak
kerjasama. Jepang bahkan mendudukkan KH Hasyim Asy'ari sebagai ketua Masyumi
(Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Karena tidak berkedudukan di Jakarta, KH Hasyim
Asy'ari melimpahkan wewenang pada KH Wahid Hasyim. Beliau memilih menetap di
Tebu Ireng.
Melalui Masyumi Jepang minta rakyat
melipatgandakan hasil bumi, bahkan melalui ceramah di masjid. Shumubu
(departemen agama) yang dipimpin Husein Djajadingrat dan petinggi Shumubu,
Wirohadjono melalui media "Suara Muslimin" meminta Masyumi agar
menyitir ayat-ayat dalam menggerakkan pengumpulan hasil bumi. Ketegangan antara
Masyumi dan Shumubu mulai.
Harun mempertanyakan hal ini pada KH Hasyim
Asy'ari. Ia merasa Masyumi berpihak pada Jepang. KH Hasyim Asy'ari menjawab
bahwa Masyumi hanya berpihak pada pembesar-pembesar yang adil. Harun kecewa dan
keluar dari lingkup pesantren. Abdi yang mengetahui hal itu mencegah.
Menurutnya, Harun tidak dapat membaca rencana KH Hasyim Asy'ari. Tapi Harun
bersikukuh untuk pergi dari situ.
Jepang kemudian mengukuhkan KH Hasyim Asy'ari
sebagai ketua Shumubu sekaligus ketua Masyumi. KH Hasyim Asy'ari menerima
jabatan tersebut dengan pertimbangan untuk berjuang lewat dalam. Beliau bisa
menolak perintah para santri masuk Heiho, malah terbentuk barisan Hizbullah.
Jepang mulai mengalami kalah perang, tapi
mengembalikan kedaulatan kepada Sekutu. Utusan Presiden Soekarno menghadap KH
Hasyim Asy'ari. Pesan Presiden Soekarno itu soal hukumnya membela tanah air.
Terjadilah Resolusi Jihad di Surabaya. Para Santri bersiap untuk berjihad. Pada
titik ini, Harun mulai terbuka matanya. Peristiwa tewasnya Mallaby ini adalah
awal perang dahsyat 10 November 1945 yang melibatkan rakyat, berbagai barisan
pemuda serta laskar Hizbullah bentukan KH Hasyim Asy'ari yang terdiri dari para
santri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar