Senin, 13 Mei 2013
In:
Sholawat
HEBATNYA SHOLAWAT DENGAN CINTA
Rasulullah
adalah habibullah (Hamba yang sangat dicintai Allah). Kita pun mencintainya
dengan sepenuh jiwa. Bahkan keimanan kita mewajibkan untuk lebih mengutamakan
kecintaan kepada beliau daripada kecintaan kepada anak, orang tua, diri
sendiri, dan manusia seluruhnya. Para sahabat Ridhwanullah 'Alaihim telah
menunjukkan kecintaan kepada beliau yang tak ada tandingnya. Apapun kan
dikobrankan demi melindungi diri beliau. Segalanya kan diberikan untuk menebus
diri beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Hewan, tumbuhan, batu, dan gunung tak
mau ketinggalan; mereka telah menunjukkan kecintaan dan penghormatan kepada
beliau yang sangat sepanjang zaman
Mentaati beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ini merupakan tanda paling utama
yang menunjukkan benarnya kecintaan kepada beliau. Allah Ta'ala berfirman,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا
أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
"Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.
Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (QS. Al-Nisa': 80)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang kewajiban mentaati beliau,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang."(QS. Ali Imran: 31)
Al-Imad Ibnul Katsir berkata dalam tafsirnya, "Ayat yang mulia ini
menghakimi atas setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak
berada di atas jalan hidup Nabi Muhammad, bahwa ia berdusta dalam pengakuannya
pada saat itu juga. Sehingga ia mengikuti syariat Nabi Muhammad dan dien Nawabi
(Islam yang beliau bawa) dalam semua perkataan dan perbuataannya
Satu, Cinta kepada Allah tidak cukup hanya pengakuan. Tapi harus disertai
pembuktian. Dan tanda bukti nyatanya adalah mengikuti utusan-Nya Shallallahu
'Alaihi Wasallam dalam semua keadaanya; baik dalam perkataan dan perbuatannya,
dalam pokok agama dan cabangnya, dalam zahir dan batinnya. Maka siapa yang
mengikuti Rasul itu menunjukkan benarnya pengakuannya. Dan siapa yang tidak
mengikuti Rasul, ia tidak cinta kepada Allah Ta'ala. Karena kecintaan kepada
Allah mengharuskan untuk mengikuti utusan-Nya. Jika hal itu tidak ditemukan
pada seseorang, menunjukkan tidak adanya kecintaan kepada Allah, ia dusta dalam
pengakuannya.
Kedua, cemburu atas beliau dan ajarannya. Marah jika kehormatan beliau dan
agama yang beliau bawa direndahkan. Kecemburuan ini menuntut realisasi nyata,
tidak cukup hanya dengan perkataan semata. Misalnya, membuat bantahan terhadap
syubuhat buruk yang dialamatkan kepada beliau dan sunnahnya, melakukan tuntutan
dan perlawanan kepada mereka yang sengaja melecehkan beliau baik yang melalui
lukisan karikatur, pembuatan film, dan semisalnya.
Ketiga, mengagungkan dan memuliakan pribadi beliau dan tidak meremahkan
sunnahnya. Karena ada sebagian manusia yang mengklaim cinta Nabi, tapi ia
mengejek orang yang menghidupkan sunnahnya seperti memanjangkan jenggot, tidak
isbal dalam berpakaian, bersiwak, dan lainnya. Selayaknya orang yang cinta
kepada beliau ia semangat menghidupkan sunnahnya. Sebuah keharusan, memuliakan
beliau sekaligus sunnahnya. Dan di antaranya bentuk pemuliaan, tidak memanggil
beliau dengan namanya semata tetapi dengan menisbatkan kepada nubuwah dan
risalah serta menyertakan shalat dan salam atasnya.
Keempat, memperbanyak bacaan shalawat kepada beliau. Karena siapa yang
mencintai seseorang pastinya ia sering menyebut namanya. Maka siapa yang cinta
kepada beliau ia sering membacakan shalawat dan salam kepadanya. Sesungguhnya
bershalawat kepada beliau mengandung keberkahan, doa, pengagungan, dan
pemuliaan.
Kelima, sering mengingat beliau, rindu dan berharap perjumpaan dengan beliau di
surga. Terdapat dalam satu hadits, "Di antara umatku yang sangat
mencintaikku adalah mereka yang hadir sesudahku, salah seorang mereka
menginginkan kalau saja bisa melihatku dengan membawa keluarha dan
hartanya." (HR. Muslim)
Adalah Bilal, saat berada di pembaringan kematiannya mengatakan: "Besok
aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta, Muhammad dan para
sahabatnya."
Keenam, mencintai apa yang beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam cintai dari
jenis manusia, makanan, minuman, perkataan, tempat, waktu, dan selainnya.
Inilah kecintaan yang sempurna. Karenanya kita mencintai keluarga beliau secara
keseluruhan dan para sahabatnya yang mulia.
Ketujuh, berkahlak dengan akhlak yang dimilikinya dan meniti jalan hidup yang
telah ditempuhnya. Karena dalam perjalanan hidupnya terdapat keteladanan yang
mulia.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)
Sesungguhnya beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah Al-Qur'an yang berjalan
di tengah-tengah manusia. Semua perkataan dan perbuatannya adalah terjemahan
aplikatif dari kitab suci yang mulia. Karenanya, selayaknya kita meniru akhlak
Nabi, mengikuti jalan hidup dan petunjukkan dalam makan, minum, tidur,
bermu'amalah, dan dalam segala hal. Semua ini merupakan bentuk kecintaan kepada
beliau yang sesungguhnya. Wallahu Ta'ala A'lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar