Senin, 03 Juni 2013
In:
Cerpen
CINTA PERTAMAKU
“Astaghfirullah”, teriak seorang akhwat berseragam sekolah ketika dirinya terjatuh setelah ditabrak oleh ikhwan berpostur tubuh lebih tinggi darinya.
“afwan, maafkan saya.” Ikhwan tersebut segera membantu merapikan buku-buku yang berserakan di lantai. Kemudian ia mengembalikannya kepada akhwat yang sedari tadi hanya diam membisu seribu bahasa. “Makasih”, kata sang akhwat.
Ikhwan itu tidak menggubris, malah langsung mengambil langkah seribu meninggalkannya.
“Siapa ya dia? Sepertinya aku belum pernah melihat dia sebelumnya.” Sesaat sang akhwat bertanya-tanya siapakah sebenarnya ikhwan itu. Tapi kemudian ia menepuk jidatnya sendiri setelah teringat jadual ulangannya. Sesegera ia masuk ke kelasnya.
Tombo ati iku limo perkarane, seperti itulah bel istirahat di sekolah sang akhwat. Namun, akhwat itu sepertinya tidak sadar bahwa bel istirahat telah berbunyi. Ia malah asik menarikan pensil di atas buku tulisnya.
“Ecie.. gambar siapa tuh?” ledek salah seorang teman yang ternyata sedari tadi memperhatikan gambar ikhwan tampan lukisan Hasna. Ya, akhwat cantik dan sholehah itu bernama Hasna Aulia Ramadhanti.
“Uh dasar, kaget tahu!” gerutu Hasna kepada temannya, Sofi.
“Lagian, kamu serius banget ngelukisnya? Hayo.. itu siapa? Cerita dong!” bujuk Sofi kepada Hasna.
“Ih, kepo deh, rahasia dong.” Kata Hasna sembari menjulurkan lidahnya.
“Ampun deh, yang lagi kasmaran nggak mau cerita sama temennya.” Sofi cemberut.
Hasna merapikan buku-buku di atas meja dan segera beranjak dari tempat duduk.
“Aku Sholat Dhuha dulu ya, mau ikut nggak?”
“Kali ini enggak dulu deh Na, aku laper mau ke kantin hehe.”
“Oh yaudah deh.”
Hasna segera beranjak dari tempat duduknya ketika ia menyadari bahwa jam istirahat telah tiba. Dan itu berarti saatnya Hasna menjalankan aktifitas rutinnya, Sholat Dhuha di mushola sekolah.
Selesai berwudhu segera ia memakai mukenah dan bersiap melaksanakan sholat. Namun matanya terarah kepada seorang ikhwan yang berdiri di depannya.
Kembali ia bertanya-tanya siapa ikhwan itu. Karena biasanya hanya para akhwat saja yang rajin menunaikan Sholat Dhuha di sekolah.
Namun hal itu tidak menjadikan ia lupa akan niatnya melaksanakan Sholat Dhuha.
Setelah selesai sholat, ia memakai kembali sepatunya. Namun lagi-lagi matanya tertuju pada seorang ikhwan di sudut mushola.
Ia menerka-nerka siapa sebenarnya ikhwan tersebut, kemudian ia teringat bahwa ikhwan itu tadi yang menabraknya.
“Oh iya, aku baru inget. Ternyata dia yang menabrakku tadi pagi. Kenalan nggak ya? Ah, enggak deh, aku kan cuma sendiri. Nanti malah jadi fitnah.” Terbesit di pikiran Hasna untuk berkenalan dengan ikhwan itu, namun kemudian ia mengurungkan niatnya.
InsyaAllah InsyaAllah InsyaAllah you find the way, bel masuk nyaring berbunyi yang berakibat membuyarkan lamunan Hasna.
Hasna segera melangkahkan kakinya menuju ruang kelas X6. Sesampai di kelas, Hasna duduk di samping Sofi yang masih asik menikmati makanan ringan di tangannya. Hasna memulai pembicaraan dengan menanyakan kepada Sofi, tentang identitas ikhwan yang ia temui di mushola sekolah.
“Eh Sof, tadi di mushola aku ketemu ikhwan yang nabrak aku pagi tadi loh.”
“Ikhwan yang mana? Siapa namanya?” tanya Sofi penasaran.
“Ini orangnya. Kamu tahu nggak dia siapa?” tanya Hasna sambil menunjukkan sebuah lukisan. “Oh, ternyata dia yang udah berhasil mencuri perhatian kamu Na?” ledek Sofi kepada Hasna. Hasna hanya mengangguk sebagai tanda setuju. “Dia itu salah satu siswa pertukaran pelajar dari Yogyakarta. Namanya Anugrah Rizky Santoso.”
Jelas Sofi panjang lebar, yang hanya mendapat balasan kata ”Oh” dari Hasna.
“Hayo ngaku! Kamu naksir ya sama dia?” ledek Sofi.
“Enggak, kata siapa? Kamu jangan sok tahu deh Sof!” Hasna tersipu malu.
“Yakin nih? Kalau kamu mau, nanti sepulang sekolah aku kenalin kamu sama dia. Gimana?” tawaran Sofi disambut senyum simpul oleh Hasna.
Yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Ya, bel sekolah berbunyi.
Saatnya Sofi menjalankan rencananya untuk mengenalkan Hasna kepada Rizky.
Karena Sofi memang sudah lebih dulu mengenal Rizky sebelumnya. Rizky adalah teman sekelas sewaktu Sofi mengenyam pendidikan Sekolah Dasar di Yogyakarta.
Segera Sofi menarik tangan Hasna ke tempat yang sudah ia janjikan dengan Rizky untuk bertemu.
“Duh, kita mau kemana sih Sof? Buru-buru banget, tanganku sakit tahu!” Hasna menggerutu.
“Ya mau ketemu Rizky. Aku mau kenalin kamu sama dia.” Jelas Sofi.
“Mau ngenalin? Emang kamu udah kenal sama Rizky?” Hasna menatap Sofi bingung.
“Udah dong, dia itu temen SDku dulu.”
Sampailah Hasna dan Sofi di taman sekolah. Ternyata di sana sudah berdiri seorang ikhwan berpostur tubuh tinggi, berkulit sawo matang dengan sepasang matanya yang bulat. Sofi segera mengajak Hasna mendekati ikhwan tersebut. “Assalamu’alaikum Rizky. Kenalin ini temenku, namanya Hasna. Sofi segera mengenalkan Hasna kepada Rizky. Terlihat muncul rona merah di pipi Hasna. Merekapun kini tengah asik dalam obrolan hangat. Namun suasana berubah sedikit tegang ketika Sofi nyeletuk bahwa Hasna menyukai Rizky. Dan Hasna ingin Rizky menjadi pacarnya.
Mimik wajah Rizky seketika berubah. Nampaknya, ia kurang suka dengan celetukan Sofi. Satu menit berlalu tanpa obrolan sedikitpun, mereka semua sekarang seolah-olah berubah menjadi patung. Hingga akhirnya Hasna memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. “Maaf Rizky, jangan percaya ya sama Sofi.”
Rizky tersenyum manis, kemudian ia berkata bahwa hari ini adalah hari terakhir ia mengikuti pertukaran pelajar. Dan ia akan kembali ke Yogyakarta esok pagi.
“Aku akan kembali esok pagi. Terimakasih karena kamu sudah mau menjadi temanku, Hasna. Sebenarnya aku juga menaruh hati kepadamu. Tetapi aku mempunyai sebuah komitmen. “Apa itu? Boleh aku tahu?” Hasna bertanya penuh rasa penasaran.
“Aku berkomitmen untuk tidak pacaran sebelum menikah. Aku memang menyukaimu, dan aku juga takut jika kamu membenciku karena aku tidak mau menjadi pacarmu. Tetapi aku lebih takut jika Allah membenciku karena aku membagi cintaku dengan yang belum halal untukku. Maafkan aku Hasna.” Kata-kata Rizky diakhiri dengan sebuah senyuman yang sangat manis. Kemudian ia meninggalkan Hasna dan Sofi yang masih sesenggukan karena menangis terharu dengan semua penjelasan Rizky.
Ya, itulah akhir cerita dari Cinta Pertama Hasna.
Bukan kemarahan dan rasa kecewa yang ada di dalam hatinya. Namun justru kekaguman yang teramat kepada Rizky. Bagaimana bisa, ia menolak pacaran dengan seseorang yang sebenarnya begitu ia cintai. Namun karena ketaatan kepada Allah, itu yang membuat hati Rizky tegar untuk bisa menolak berpacaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Total Tayangan Halaman
10176
0 komentar:
Posting Komentar