Jumat, 24 Mei 2013
In:
Islamiyah
MANFAAT DAN KEUTAMAAN AYAT KURSI~
Dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu bahwasanya ia
memiliki lumbung kurma yang terus berkurang tanpa tahu apa penyebabnya. Pada
suatu malam ia pun menjaganya, lalu ia mendapati seekor binatang melata yang
menyerupai anak kecil yang baru beranjak dewasa. Ubay mengucapkan salam kepada
anak tersebut dan anak itu menjawab salamnya. Ubay bertanya, “Siapa Anda? Jin
atau manusia?” Anak itu menjawab, “Jin.” Ubay berkata, “Tunjukkan tanganmu!”
Kemudian anak itu menunjukkan tangannya, ternyata tangannya serupa dengan
tangan anjing dan bulunya pun seperti bulu anjing.
Ubay bertanya lagi, “Apakah ini wujud dari jin?” Jin
itu menjawab, “Bangsa jin telah mengetahui bahwa tidak ada di antara mereka
yang lebih kuat dariku.” Ubay bertanya, “Apa yang menyebabkanmu datang ke
sini?” Jin itu menjawab, “Telah sampai berita kepadaku bahwa kamu suka
bersedekah, maka kami datang untuk mencuri makananmu.” Ubay berkata, “Apa yang
bisa menyelamatkan kami dari kalian?” Jin itu menjawab, “Ayat ini yang berada
di dalam surat al-Baqarah: Allaahu
laa ilaaha illa huwal Hayyul Qayyuum…” Barangsiapa
membacanya pada sore hari, niscaya ia akan dilindungi dari kami sampai pagi dan
barangsiapa yang membacanya di pagi hari, niscaya ia akan dilindungi dari kami
sampai sore.”
Pagi harinya Ubay mendatangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menceritakan peristiwa tersebut. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Makhluk buruk itu telah berkata benar.” [HR
an-Nasai dan at-Thabrani. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiihut Targhiib]
Nash ini menunjukkan akan kuatnya pengaruh Ayat Kursi dalam menjaga hamba, mengusir syaithan dan menjauhkan mereka dari suatu
tempat serta melindungi dari tipu daya dan kejahatan mereka. Jika anda
membacanya pada peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan oleh syaithan, pasti
anda bisa menolaknya, sebagaimana yang ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah di beberapa tempat dalam kitab-kitabnya.
Beliau berkata dalam kitab al-Furqaan: “Jika anda
dengan tulus membaca Ayat Kursi (pada peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan oleh
syaithan) dengan benar, niscaya hal itu akan sirna. Sesungguhnya tauhid dapat
mengusir syaithan.” [Al-Furqaan baina Auliyaa’ir Rahmaan wa Auliyaa’isy
Syaithaan hal. 146]
Ia juga berkata, “Jika seseorang membacanya dengan
benar pada peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan oleh syaithan, niscaya ia bisa
membuatnya sirna.” [ibid hal. 140]
Dalam kitab Qaa’idah Jaliilah fit Tawassul wal Waasilah, beliau berkata, “Hendaklah ia membaca Ayat Kursi dengan tulus. Jika ia
telah membacanya, niscaya hal itu akan sirna terbenam ke dalam bumi atau
terhalangi.” [Qaa’idah jaliilah hal. 28]
Beliau berkata, “Orang-orang yang ikhlas dan beriman
tidak dapat diganggu (dikuasai) oleh syaithan-syaithan. Oleh karena itu mereka
akan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya Surat al-Baqarah. Mereka juga
lari dari Ayat Kursi, ayat terakhir dari Surat al-Baqarah dan ayat-ayat pilihan
lainnya dari al-Qur’an. Di antara kalangan jin ada yang memberitakan
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang kepada para
dukun dan yang lainnya dari apa yang mereka dapat curi dengar. Dahulu terdapat
banyak dukun di negeri Arab. Namun ketika tauhid tampak dominan, para syaithan
pun lari dan sirnalah atau berkuranglah jumlah para dukun. Kemudian hal itu
muncul di daerah-daerah yang tidak tampak pengaruh tauhid di dalamnya.” [An-Nubuwwat
I/280]
Beliau juga berkata, “Peristiwa-peristiwa yang
ditimbulkan oleh syaithan seperti ini akan sirna dan semakin melemah jika disebutkan nama Allah, tauhid kepada-Nya, dan dibacakan
ayat-ayat pilihan dari al-Qur’an. Terutama Ayat Kursi, sesungguhnya bacaan itu
dapat menghilangkan seluruh keanehan-keanehan yang ditimbulkan oleh syaithan.”
[ibid I/283]
Anjuran untuk memperbanyak membacanya, sebagaimana
yang terdapat dalam as-Sunnah, merupakan suatu bukti akan kebutuhan mendesak
seorang muslim terhadap ayat ini, juga terhadap tauhid dan pengagungan kepada
Allah yang terandung di dalamnya. Tidak akan ada kebatilan yang bisa tegak di
hadapannya, bahkan ia akan menghancurkan tiang-tiangnya, menggoncangkan
bangunannya, menceraiberaikan persatuannya, serta menghilangkan wujudnya dan
seluruh dampaknya.
Nash yang lalu memberikan pengertian kepada kita mengenai
disunnahkannya bagi seorang muslim membaca ayat ini delapan kali setiap hari
dan malam; dua kali pada pagi dan sore hari, sekali ketika hendak tidur, dan
lima kali setelah menunaikan shalat lima waktu. Ketika seorang muslim telah
dimudahkan dalam mengulang-ulang ayat ini, diiringi dengan menghadirkan hati
untuk memahami makna dan maksud yang terkandung di dalamnya, serta merenungi
tujuan dan sasarannya, maka kadar tauhid yang terdapat di dalam hatinya akan
semakin kuat dan ikatannya pun akan semakin kokoh. Niscaya dengan tauhid ini ia
telah berpegang dengan tali yang kokoh, yang tidak akan putus sebagaimana
dijelaskan dalam ayat setelah Ayat Kursi ini.
Yang diharapkan bukanlah hanya membaca tanpa merenungi
maknanya, juga bukan mengulang saja tanpa mengkaji maksud dan tujuannya. Allah
berfirman mengenai keumuman al-Qur’an, “Apakah mereka tidak mau merenungi (makna ayat-ayat) al-Qur’an?…” (QS. An-Nisaa: 82)
Maka bagaimana terhadap ayat yang paling agung dan
paling utama, yaitu Ayat Kursi? Jika tidak ada perenungan terhadap maknanya,
akan menjadi lemahlah pengaruhnya dan sedikit pula manfaatnya. Baru saja
berlalu dari kita pernyataan Syaikhul Islam: “Jika ia membacanya dengan tulus…”
secara berulang-ulang. Ini beliau ucapkan sebagai peringatan bahwa hanya
membacanya saja tidak dengan sendirinya bisa meraih maksud yang diinginkan.
Adalah sangat berbeda antara orang yang membacanya dengan hati yang lalai
dengan orang yang membacanya sambil memikirkan kandungan maknanya yang agung
dan maksudnya yang penuh berkah, yaitu berupa tauhid dan pengagungan terhadap
Allah. Dengan demikian hatinya menjadi penuh dengan tauhid dan makmur dengan
keimanan dan pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Membacanya berulang-ulang disertai perenungan terhadap
maknanya mengandung manfaat yang besar dan penting yang banyak ditinggalkan
oleh banyak orang. Ketahuilah, hal itu karena pentingnya mengingat tauhid dan
mengingatkan kembali pilar-pilarnya, menghunjamkan akar-akarnya ke dalam hati
dan melapangkan wilayah di dalamnya. Berbeda dengan orang yang meremehkan
tauhid dan enggan mengkajinya. Ia beranggapan bahwa cukup dengan mempelajarinya
dalam beberapa menit dan beberapa saat, sehingga tidak perlu mengingatnya terus
menerus dan mengkajinya dengan kajian yang konsisten.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Total Tayangan Halaman
10176
0 komentar:
Posting Komentar