Senin, 13 Mei 2013
In:
Islamiyah
KISAH INDAH TENTANG IMAN KEPADA TAKDIR
Ini adalah kisah nyata. Ada seorang hamba shalih yang diuji oleh Allah
dengan anaknya, setiap kali anaknya lahir dan berkembang sebentar sebagai bayi
yang mungil, lucu dan menyenangkan, selalu ajal menjemputnya dan merenggut
nyawanya dari pangkuannya. Maka iapun sedih sangat dalam, hatinya hancur dan
tersayat-sayat tajam. Namun karena ia adalah seorang mukmin yang shaleh, ia
tidak kehilangan kendali dan kesabaran, bahkan ia selalu menepati sunnah Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mengatakan:
«
إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ للهِ مَا أَعْطىَ وَللهِ مَا
أَخَذَ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارِ أَللَّهُمَّ أَجُرْنِيْ فِيْ
مُصِيْبَتِيْ وَاخْلُفْنِيْ خَيْرًا مِنْهَا »
“Sesungguhnya kita
hanyalah milik Allah dan kepada-Nya pula kita kembali. Bagi Allah apa yang Ia
berikan dan bagi Allah apa yang Ia ambil. Segala sesuatu disisi-Nya ada
takdirnya. Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan berilah aku ganti
yang lebih baik daripadanya.”
Hingga datanglah anak
yang ketiga. setelah tumbuh sehat selama beberapa tahun, anaknya sakit dan
semakin parah sakitnya hingga bayang-bayang kematianpun tiba. Sang ayah yang
menungguinya dengan setia tak kuasa menahan air mata hingga ia terserang kantuk
dan tertidur. dalam tidurnya ia bermimpi bahwa kiamat telah tiba dan
kedahsyatannyapun nampak didepan mata. Dia melihat bahwa dirinya berada diatas
shirat, dia ingin berjalan akan tetapi ada kekhawatiran untuk jatuh, lalu
datanglah anak pertama yang telah meninggal. Dia berlari lalu berkata, ‘Saya
akan menopangmu ayah!’ Sang ayahpun mulai berjalan, akan tetapi ia masih
was-was khawatir terjatuh dari sisi yang lain, maka ia melihat anak keduanya
menghampirinya dari sisi yang lain lalu menuntunnya. Sang ayahpun bergembira
ria dan bersuka cita. Akan tetapi tidak lama ia berjalan ia merasakan ada
kehausan yang semakin lama semakin mencengkeram, maka ia meminta kepada salah
seorang anaknya agar memberinya minum. Sang anak mengatakan: Tidak! Jika salah
seorang kita meninggalkan ayah, ayah bisa terjatuh ke neraka.”
Maka saudaranya
menimpali: “Ayah, andaikan saja saudara kita yang ketiga bersama kami tentu dia
sekarang dapat memberi minum …!”
Maka sang ayah kaget
terbangun dari tidurnya seraya memuji kepada Allah karena ia masih di dunia dan
belum kiamat. Diapun langsung memperhatikan anaknya yang tergeletak sakit
disampingnya. Ternyata ia telah pergi menyusul kedua saudaranya. Maka segera ia
mengatakan: “Segala puji bagi Allah, aku telah menjadikanmu sebagai simpanan
dan pahala disisi Allah. Engkaulah yang mendahuluiku diatas shirat di hari
kiamat.” Maka kematian anaknya yang ketiga menjadi penyejuk hatinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar