Sabtu, 11 Mei 2013
In:
Islamiyah
CARA RUKYAH PENGOBATAN ROSULULLOH SAW
Ruqyah bukan pengobatan alternatif. Justru seharusnya menjadi pilihan pertama
pengobatan tatkala seorang muslim tertimpa penyakit. Sebagai sarana
penyembuhan, ruqyah tidak boleh diremehkan keberadaannya. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya meruqyah termasuk amalan yang
utama. Meruqyah termasuk kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Para
nabi dan orang shalih senantiasa menangkis setan-setan dari anak Adam dengan
apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya”.
Karena
demikian pentingnya penyembuhan dengan ruqyah ini, maka setiap kaum Muslimin
semestinya mengetahui tata cara yang benar, agar saat melakukan ruqyah tidak
menyimpang dari kaidah syar’i.
Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:
1.
Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.
2. Ruqyah harus dengan Al Qur’an, hadits atau dengan nama dan sifat Allah,
dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami.
3.
Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca dan berdoa.
4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit. Demikian juga
membaca surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlash, Al Kafirun. Dan seluruh Al Qur’an,
pada dasarnya dapat digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat yang
disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan lebih berpengaruh.
5.
Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Qur’an dan doa yang sedang
dibaca.
6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang
berupa ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai
dengan syariat.
7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah.
Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin mengandung kelonggaran. Caranya, dengan
tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. ‘Aisyah pernah ditanya tentang
tiupan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia menjawab: “Seperti
tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air ludahnya (yang keluar)”. (HR
Muslim, kitab As Salam, 14/182). Atau tiupan tersebut disertai keluarnya
sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar As
Salithi, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku
membacakan Al Fatihah padanya selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku
menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dia seolah-olah
lepas dari sebuah ikatan”. [HR Abu Dawud, 4/3901 dan Al Fathu Ar Rabbani,
17/184].
8. Jika
meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk
media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun. Disebutkan dalam hadits
Malik bin Rabi’ah, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كُلُوْا الزَيْتَ وَ ادَّهِنُوا بِهِ فَإنَهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَة
"Makanlah minyak zaitun , dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal dari
tumbuhan yang penuh berkah".[Hadits hasan, Shahihul Jami’ (2/4498).]
9. Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini berdasarkan hadits
‘Aisyah, ia berkata: “Rasulullah, tatkala dihadapkan pada seseorang yang
mengeluh kesakitan, Beliau mengusapnya dengan tangan kanan…”. [HR Muslim,
Syarah An Nawawi (14/180].
Imam An
Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mengusap orang yang
sakit dengan tangan kanan dan mendoakannya. Banyak riwayat yang shahih tentang
itu yang telah aku himpun dalam kitab Al Adzkar”. Tindakan yang dilakukan
sebagian orang saat meruqyah dengan memegangi telapak tangan orang yang sakit
atau anggota tubuh tertentu untuk dibacakan kepadanya, (maka) tidak ada
dasarnya sama sekali.
10. Bagi orang yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat yang
dikeluhkan seraya mengatakan بِسْمِ الله (Bismillah, 3 kali).
أعُوذُ بِالله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَر مَا أجِدُ وَ أحَاذِرُ
"Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari setiap kejelekan yang
aku jumpai dan aku takuti".[HR Muslim, kitab As Salam (14/189).]
Dalam riwayat lain disebutkan “Dalam setiap usapan”. Doa tersebut diulangi
sampai tujuh kali.
Atau membaca :
بِسْمِ الله أعُوذُ بِعزَِّةِ الله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَر مَا أجِدُ مِنْ
وَجْعِيْ هَذَا
"Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan kekuasaanNya dari setiap kejelekan
yang aku jumpai dari rasa sakitku ini".[Shahihul Jami’, no. 346]
Apabila
rasa sakit terdapat di seluruh tubuh, caranya dengan meniup dua telapak tangan
dan mengusapkan ke wajah si sakit dengan keduanya.[Fathul Bari (21/323). Cara
ini dikatakan oleh Az Zuhri merupakan cara Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam meniup. ]
11. Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala, kaki atau tangan
misalnya, maka dibacakan pada tempat tersebut. Disebutkan dalam hadits Muhammad
bin Hathib Al Jumahi dari ibunya, Ummu Jamil binti Al Jalal, ia berkata: Aku
datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala engkau telah sampai di Madinah semalam
atau dua malam, aku hendak memasak untukmu, tetapi kayu bakar habis. Aku pun
keluar untuk mencarinya. Kemudian bejana tersentuh tanganku dan berguling
menimpa lenganmu. Maka aku membawamu ke hadapan Nabi. Aku berkata:
“Kupertaruhkan engkau dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin
Hathib”. Beliau meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta mendoakanmu.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam masih meludahi kedua tanganmu seraya
membaca doa:
أَذْهِبْ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا
شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
"Hilangkan penyakit ini wahai Penguasa manusia. Sembuhkanlah, Engkau Maha
Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang tidak
meninggalkan penyakit"[Al Fathu Ar Rabbani (17/182) dan Mawaridu Azh
Zham-an, no. 1415-1416].
Dia (Ummu Jamil) berkata: “Tidaklah aku berdiri bersamamu dari sisi Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam, kecuali tanganmu telah sembuh”.
12.
Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak jelas, seperti
gila, dada sempit atau keluhan pada mata, maka cara mengobatinya dengan
membacakan ruqyah di hadapan penderita. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa
Nabi Shallallahu 'laihi wa sallam meruqyah orang yang mengeluhkan rasa sakit.
Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ubay bin K’ab , ia berkata: “Dia
bergegas untuk membawanya dan mendudukkannya di hadapan Beliau Shallallahu
'alaihi wa salla,m . Maka aku mendengar Beliau membentenginya (ta’widz) dengan
surat Al Fatihah”.[Al Fathu Ar Rabbani (17/183)]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar