Minggu, 12 Mei 2013
In:
Fiqih~Sholat
ADAB MEMBACA AL QURAN
Setiap
muslim harus meyakini kesucian Kalam Allah, keagungannya, dan keutamaannya di
atas seluruh kalam (ucapan). Al-Qur'anul Karim itu Kalam Allah yang di dalamnya
tidak ada kebatilan. Al-Qur'an memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi
bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar
selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang
mendapatkan rahmat dari Allah Ta'ala.
Untuk
itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi
keutamaan mempelajari Al-Qur'an. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam : "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan
mengajarkan-nya." (HR. Bukhari).
Dalam
riwayat Imam Muslim dijelaskan: "Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya Al-Qur'an
itu akan menjadi syafa'at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya)."
(HR. Muslim).
Wajib
bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an dan meng-haramkan apa yang
diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlaq
terhadapnya.
Di saat
membaca Al-Qur'an seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini
untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur'an:
- Agar
membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis, dan dengan duduk yang
sopan dan tenang. Dalam membaca Al-Qur'an dianjurkan dalam keadaan suci. Namun
apabila dia membaca dalam keadaan najis, diperbolehkan dengan Ijma' umat Islam.
Imam Haromain berkata; orang yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan najis, dia
tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan
sesuatu yang utama. (At-Tibyan, hal.58-59).
- Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat,
agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Siapa saja yang membaca Al-Qur'an (khatam) kurang dari
tiga hari, berarti dia tidak memahami" (HR. Ahmad dan para penyusun
Kitab-Kitab Sunan).
Dan sebagian kelompok dari generasi pertama membenci pengkhataman Al-Qur'an
sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rasulullah telah memerintahkan
Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al-Qur'an setiap satu minggu (7 hari).
(Muttafaq Alaih). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin
Affan, Zaid bin Tsabit , mereka mengkhatamkan Al-Qur'an sekali dalam
seminggu.
- Membaca Al-Qur'an dengan khusyu'. Dengan memeperlihatkan duka cita atau
menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan
perasaan. Rasulullah n bersabda:
Di dalam sebuah ayat Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan sebagian dari
sifat-sifat hambaNya yang shalih:
" Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka
bertambah khusyu' (Al-Isra': 109).
- Agar membaguskan suara di dalam membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu"
(HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Di dalam hadits lain dijelaskan: "Tidak termasuk umatku orang yang
tidak melagukan Al-Qur'an" (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maksud hadits di
atas, membaca Al-Qur'an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj
hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah
Tajwid.
Membaca Al-Qur'an dimulai dengan Isti'adzah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan bila kamu akan membaca
Al-Qur'an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari (godaan-godaan)
syaithan yang terkutuk" (An-Nahl: 98).
Apabila ayat yang dibaca dimulai adri awal surat, setelah isti'adzah terus
membaca Basmalah, dan apabila tidak di awal surat cukup membaca isti'adzah.
Khusus surat At-Taubah walaupun dibaca mulai awal surat tidak usah membaca
Basmalah, cukup dengan membaca isti'adzah saja.
- Membaca Al-Qur'an dengan berusaha mengetahui artinya dan memahami inti
dari ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya.
Firman Allah Ta'ala: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an,
ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad: 24).
- Membaca Al-Qur'an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan
tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang
banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara
khusyu'.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca
Al-Qur'an, sama dengan orang yang terang-terangan dalam shadaqah" (HR.
Tirmidzi, Nasa'i, dan Ahmad).
Dalam hadits lain dijelaskan: "Ingatlah bahwasanya setiap hari dari
kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu
yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain
di dalam membaca (Al-Qur'an)" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim),
ini hadits shahih dengan syarat Shaikhani (Bukhari-Muslim).
Jadi jangan sampai ibadah yang kita lakukan tersebut sia-sia karena kita
tidak mengindahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah membaca
Al-Qur'an. Misalnya, dengan suara yang keras pada larut malam, yang akhirnya
mengganggu orang yang istirahat dan orang yang shalat malam.
- Dengarkan bacaan Al-Qur'an Jika ada yang membaca Al-Qur'an, maka
dengarkanlah bacaannya itu dengan tenang, Allah Ta'ala berfirman: "Dan
tatkala dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, semoga kamu diberi
rahmat" (Al-A'raaf: 204).
- Membaca Al-Qur'an dengan saling bergantian.
Apabila ada yang membaca Al-Qur'an, boleh dilakukan membacanya itu secara
bergantian, dan yang mendengarkannya harus dengan khusyu' dan tenang.
Rasulullah n bersabda:
"Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah-rumah Allah, mereka
membaca Al-Qur'an dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas mereka
ketenangan, dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), para malaikat menyertai
mereka, dan Allah membang-ga-banggakan mereka di kalangan (malaikat) yang ada di
sisiNya." (HR. Abu Dawud).
- Berdo'a setelah membaca Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat dijelas-kan,
bahwa para sahabat apabila setelah khatam membaca Al-Qur'an, mereka berkumpul
untuk berdo'a dan mengucapkan: 'Semoga rahmat turun atas selesainya membaca
Al-Qur'an'. Dan sebuah hadits dijelaskan, diriwayatkan dari Anas bin Malik
radhiyallah 'anhu bahwasanya apabila ia telah khatam membaca Al-Qur'an, ia
mengumpulkan keluarganya dan berdo'a. (HR Abu Dawud).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar