Kamis, 16 Mei 2013
In:
Rahasia Islam
RAHASIA UBUN-UBUN
Mukjizat
ayat :
نَاصِـيَةٍ
كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ ٍ
Syekh Abdul
Majid az-Zindany, berkata, “Dahulu aku membaca firman Allah,
كَلاَّلَئِن
لَمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ، نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ
“Ketahuilah,
sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik
ubun-ubunnya (yaitu) ubun-ubun yang dusta lagi salah. (QS al-‘Alaq:15-16)”
An-Nashiyah
adalah ubun-ubun. Aku bertanya-tanya pada diri sendiri, dan berkata, “Ya Allah,
jelaskan untuku artinya ini!
Mengapa Engkau katakan Nasiyah Kadzibah (Ubun-ubun yang mendustakan lagi
salah)?”
Aku berpikir tentang hal itu selama lebih dari sepuluh tahun. Dalam
kebingunganku ini, aku merujuk pada kitab-kitab tafsir dan mendapatkan jawaban,
bahwa salah seorang ahli tafsir berkata, “Maksudnya bukan berarti ubun-ubun
yang dusta, akan tetapi itu adalah makna majaz (kiasan) bukan makna yang
sebenarnya. Arti ‘ubun-ubun yang berdusta lagi bersalah’, adalah orang yang
memilikinya. Demikianlah mereka mengatakannya, jadi bukan ubun-ubun yang
berdusta.
Pada akhirnya Allah memudahkanku untuk mencari tahu tentang rahasia ubun-ubun
ini. Salah seorang ahli ilmu dari Kanada dan orang-orang terkenal dalam ilmu
otak, anatomi dan janin telah memaparkan rahasia ubun-ubun ini. Kami
mengetahuinya dalam sebuah konggres para dokter dunia yang dilaksanakan di
Cairo.
Di konggres tersebut hadir para dokter bersama istrinya. Salah seorang istri
dokter, tatkala mendengar kata, Nashiyathin Kadzibah (ubun-ubun yang dusta) ini
bertanya, ”huruf ha’ (ta’ marbuthah dalam Kadzibah, yang berarti menunjukkan
sifat dari Nashiyah kemana perginya?”
(Dijawab) para ahli tafsir berkata, “Makna Nashiyathin Kadzibatin Khathi’ah,
adalah Ubun-ubun orang yang berdusta lagi bersalah, bukan ubun-ubunnya yang
dusta, atau dengan menghilangkan huruf ha’ nya).” Dia kembali bertanya, “Lha
terus kemana perginya huruf ha’ ?”
Aku berkata pada diri sendiri, “Inilah huruf ha’ yang membuat aku bingung
selama 10 tahun. Allah yang Maha Tinggi telah berfirman kepada kami, “Nashiyah
Kadzibah Khati-ah. Akhirnya kami merujuk kepada pemaparan seorang ilmuwan
Kanada, yang dikemukakan semenjak 50 tahun lalu, dia menjelaskan bahwa otak itu
terletak di bawah kening yang langsung berhubungan dengan ubun-ubun itulah
bagian terpenting dari kedustaan dan kesalahan. Dari situlah tempat yang keluar
kedustaan dan kesalahan. Mata akan melihat dengannya, dan telinga akan
mendengar darinya. Demikian pula, dari tempat itu yang dapat mengeluarkan
keputusan.
Jika bagian itu dipotong, maka pemiliknya tidak akan mempunyai keinginan
sendiri, dia tidak dapat memilih untuk duduk, berdiri dan berjalan. Dia tidak
mampu mengendalikan dirinya, seperti seseorang yang dicabut matanya, maka dia
tak akan bisa melihat. Kemudian sang ilmuwan melanjutkan, bahwa bagian ini
adalah penanggung jawab dari sumber segala keputusan…
Dengan demikian, siapakah yang mengambil keputusan? Kita mengetahui dia adalah
jiwa, dialah pemilik keputusan, jiwalah yang melihat, akan tetapi mata adalah
yang mengindera. Jiwa mendengar akan tetapi telinga yang mengindera, demikian
juga otak adalah mengindera. Akan tetapi pada akhirnya tempat itulah penghasil
keputusan. Itulah Nashiyathin Kadzibathin Khati’atin. Oleh karenanya Allah
berfirman, yang artinya, “…..sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya kami tarik ubun-ubunnya,” yang bermakna, “Akan Kami ambil dan Kami
runtuhkan.”
Maha Suci Allah, apa yang ada di dalam kitab-Nya.
Huruf ha’, manusia akhirnya mengetahui rahasianya setelah ilmu pengetahuan maju
setapak demi setapak. Kemudian mereka menemukan bahwa bagian kecil dari
Nashiyah (ubun-ubun) ini berada juga dalam setiap binatang yang berbentuk kecil
lagi lemah. Karena memang binatang tempat pengendalian dan gerakan badannya
juga bersumber dari tempat ini. Oleh karena ini Allah mengisyaratkan dengan
firman-Nya,
مَّامِن
دَابَّةٍ إِلاَّهُوَ ءَاخِذٌ بِنَاصِيَتِهَآ
“Tidak ada
sutu pun binatang yang melata melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.”
(QS Huud:56)
Tempat pengendalian terdapat di ubun-ubun, siapakah yang mengetahui semua ini? Kapan
para ilmuwan mengetahuinya? Adalah ketika mereka mengoperasi binatang-binatang…
Al-Quran telah menyebutkan fakta fenomena ini bersamaan datangnya ilmu Allah
yang memberitahukan segala sesuatu dari ilmu pengetahuan. Dalam hadits yang
mulia pun juga disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ عَبْدُكَ، اِبْنُ عَبْدِك،َ اِبْنُ أمَتِكَ نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ
“Ya Allah
sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, putra hamba-Mu laki-laki dan putra hamba-Mu
perempuan, ubun-ubunku ada di tangan-Mu.”
Ubun-ubun adalah tempat kendali, dan dengan membaca hikmah dari syariat Allah,
ubun-ubun ini bersujud dan taat merendahkan diri kepada Allah. Mungkin sekali
disana juga ada kaitan antara ubun-ubun yang sujud khusyuk dengan akhlaq tingkah
laku yang istiqamah di jalan-Nya.
إِنَّ
الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ
“Sesungguhnya
shalat mencegah dari yang keji dan yang mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut ayat 45)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar