Jumat, 17 Mei 2013
In:
Islamiyah
KEDUDUKAN ORANG TUA
1. Keridhaan Allah tergantung kepada
keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang
tua. (HR. Al Hakim)
2. Seorang datang kepada Nabi Saw. Dia mengemukakan hasratnya untuk ikut
berjihad. Nabi Saw bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua
orangg tua?" Orang itu menjawab, "Masih." Lalu Nabi Saw
bersabda, "Untuk kepentingan mereka lah kamu berjihad." (Mutafaq'alaih)
Penjelasan:
Nabi Saw melarangnya ikut berperang karena dia lebih diperlukan kedua orang
tuanya untuk mengurusi mereka.
3. Rasulullah Saw pernah berkata kepada seseorang, "Kamu dan hartamu
adalah milik ayahmu." (Asy-Syafi'i dan Abu Dawud)
Keterangan:
Dia berkata: "Ya Rasulullah,
sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku ...." "Pergilah Kau membawa
ayahmu kesini", perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril
turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata:
"Ya, Muhammad, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan
berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa
yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh teliganya.
Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun
bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau
ingin mengambil uangnya?" Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja
kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa
orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk
keperluan saya sendiri?"
Rasulullah bersabda lagi: "Lupakanlah
hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu
dan tak pernah didengar oleh telingamu!" Maka wajah keriput lelaki itu
tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya
Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan
ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku
tak pernah mendengarnya ..."
Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin
mendengarnya." Orang tua itu berkata dengan sedih dan air mata yang
berlinang: "Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak
bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau
reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran
sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit,
bukan kau yang menderita. Lalu air mataku berlinang-linang dan meluncur deras.
Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang.
Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku
dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan
keutamaan. Sayang..., kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku
seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah
kebenaran selalu menempel di dirimu ..., seakan akan kesejukann bagi
orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.'
Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat
itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata:
"Engkau dan hartamu milik ayahmu!" (HR. At-Thabarani dalam
"As-Saghir" dan Al-Ausath).
4. Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa
mengabaikan orang tuanya maka dia kafir. (HR. Muslim)
Penjelasan:
Yang dimaksud kufur nikmat dan bukan kufur akidah.
5. Barangsiapa menisbatkan keturunan dirinya kepada selain ayahnya sendiri dan
dia mengetahuinya bahwa dia bukan ayah yang sebenarnya maka surga diharamkan
baginya. (HR. Muslim)
6. Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak
memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab,
"ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat
kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (Mutafaq'alaih).
7. Ibu dan Bapak berhak makan dari harta milik anak mereka dengan cara yang
makruf. Seorang anak tidak boleh makan dari harta ibu bapaknya kecuali dengan
ijin mereka. (HR. Ad-Dailami).
8. Barangsiapa berhaji untuk kedua orang tuanya atau melunasi hutang-hutangnya
maka dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang
mengamalkan kebajikan. (HR. Ath-Thabrani dan Ad-Daar Quthni).
9. Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu
menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu."
(HR. Ibnu Majah)
Penjelasan:
Kalau berbakti masuk surga dan kalau bersikap durhaka kepada mereka masuk
neraka.
10. Apabila seorang meninggalkan do'a bagi kedua orang tuanya maka akan
terputus rezekinya. (HR. Ad-Dailami).
11. Termasuk dosa besar seorang yang mencaci-maki ibu-bapaknya. Mereka
bertanya, "Bagaimana (mungkin) seorang yang mencaci-maki ayah dan ibunya
sendiri?" Nabi Saw menjawab, "Dia mencaci-maki ayah orang lain lalu
orang itu (membalas) mencaci-maki ayahnya dan dia mencaci-maki ibu orang lain
lalu orang lain itupun (membalas) mencaci-maki ibunya. (Mutafaq'alaih)
12. Kedudukan seorang paman sebagai (pengganti) kedudukan ayahnya. (HR.
Adarqothani)
13. Warisan bagi Allah 'Azza wajalla dari hambaNya yang beriman ialah puteranya
yang beribadah kepada Allah sesudahnya. (HR. Ath-Thahawi).
14. Salah satu kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip
dengan ayahnya (dalam kebaikan). (HR. Ath-Thahawi)
15. Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya
lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan
berhala). (HR. Bukhari)
16. Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak
anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik
adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." (HR.
Aththusi).
17. Cintailah anak-anak dan kasih sayangi lah mereka. Bila menjanjikan sesuatu
kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang
memberi mereka rezeki. (HR. Ath-Thahawi).
18. Bertakwalah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu. (HR.
Bukhari dan Muslim)
19. Sama ratakan pemberianmu kepada anak-anakmu. Jika aku akan mengutamakan
yang satu terhadap yang lain tentu aku akan mengutamakan pemberian kepada yang
perempuan. (HR. Ath-Thabrani).
20. Barangsiapa mempunyai dua anak perempuan dan diasuh dengan baik maka mereka
akan menyebabkannya masuk surga. (HR. Bukhari).
21. Anak menyebabkan kedua orang tuanya kikir dan penakut. (HR. Ibnu Babawih
dan Ibnu 'Asakir).
22. Barangsiapa memelihara (mengasuh) tiga anak perempuan atau tiga saudara
perempuan wajib baginya masuk surga. (HR. Ath-Thahawi).
23. Seorang ibu yang kematian tiga orang puteranya lalu berserah diri (pasrah)
kepada Allah, rela dan ikhlas, maka dia akan masuk surga. (HR. Muslim)
24. Ajarkan putera-puteramu berenang dan memanah. (HR. Ath-Thahawi).
25. Setiap anak tergadai dengan (tebusan) akikahnya (seekor atau dua ekor
kambing) yang disembelih pada umur tujuh hari dan dicukur rambut kepalanya
(sebagian atau seluruhnya) dan diberi nama. (HR. An-Nasaa'i)
26. Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat
perkara. Hendaklah dia bersilaturrahim (berhubungan baik dengan keluarga dekat)
niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah
umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikanNya. (HR.
Ar-Rabii').
27. Ibu mertua kedudukannya sebagai ibu. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
28. Abang yang tertua (sulung) kedudukannya sebagai ayah. (HR. Al-Baihaqi dan
Ath-Thabrani).
29. Orang yang memutus hubungan kekeluargaan tidak akan masuk surga.
(Mutafaq'alaih).
30. Rahim adalah cabang dari nama Arrahman (Arrahman Arrahim). Rahim
mengucapkan keluhan dan pengaduan: "Ya Robbi, aku telah diputus (hubungan
kekeluargaanku), aku telah diperlakukan dengan buruk oleh keluarga dekatku. Ya
Robbi, aku telah dizalimi mereka, ya Robbi, ya Robbi." Lalu Allah
menjawab: "Tidakkah kamu ridha Aku menyambung hubunganKu dengan orang yang
menghubungimu dan Aku putus hubunganKu dengan orang yang memutus hubungannya
dengan kamu. (HR. Bukhari).
31. Rasulullah Saw memberi uang belanja kepada keluarga beliau dari bagian
rampasan perang yang menjadi hak beliau untuk kebutuhan rumah tangga selama
setahun. Apabila ternyata ada kelebihannya maka uang itu diminta kembali dan
dimasukkan ke dalam perbendaharaan negara (baitul maal). (HR. Ahmad).
33. Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan tanggungjawab keluarga. (HR. Abu
Dawud).
32. Bukanlah dari golongan kami orang yang diperluas rezekinya oleh Allah lalu
kikir dalam menafkahi keluarganya. (HR. Ad-Dailami).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar